A methodological examination of multidisciplinary research of mak yong theatre: text, heritage, and performance | Pemeriksaan metodologis atas pendekatan multidisipliner dalam kajian tentang teater mak yong: teks, warisan budaya, dan pertunjukan
DOI:
https://doi.org/10.26721/spafajournal.2021.v5.680Keywords:
Mak Yong, revival, multidisciplinary approaches, text, heritage, performance, kebangkitan, pendekatan multidisiplin, teks, warisan budaya, pertunjukanAbstract
Previous studies of mak yong theatre in Indonesia looked at the art form as a given tradition, and described its elements and performance structure. Such an approach is inadequate to investigate mak yong in the current social and cultural context. State institutions, the local government, communities, performers, and other agents have revived and constantly (re)shaped mak yong theatre and its presentation as a commodified Malay identity marker. Heritage formation, local identity politics, and tourist festivals promoted mak yong as a revived traditional form of theatre practice, an intangible heritage, and a stage performance. So how should the above aspects be approached and the social processes that shape them disentangled? This article examines the relevance of multidisciplinary approaches and demonstrates how the perspectives of anthropology, heritage studies, and philology work in studying mak yong and its current production in the Riau Islands.
Kajian terdahulu tentang teater mak yong di Indonesia umumnya melihat kesenian ini sebagai tradisi yang “demikian adanya”, dan mendeskripsikan elemen dan struktur pertunjukannya. Pendekatan semacam ini tidak lagi memadai untuk menelaah mak yong dalam konteks sosial dan budaya saat ini. Mak yong disajikan sebagai tradisi yang dibangkitkan kembali dan senantiasa dibentuk ulang oleh lembaga negara, pemerintah lokal, komunitas, aktor, dan pelaku-pelaku lainnya, sebagai satu di antara penanda identitas Melayu yang dikomodifikasi. Pelembagaan warisan budaya, politik identitas lokal, dan pariwisata budaya memajukan mak yong sebagai tradisi yang dihidupkan kembali, warisan budaya takbenda, dan pertunjukan panggung. Lantas, bagaimana menelaah aspek-aspek di atas dan mengurai proses sosial yang membentuknya? Artikel ini menguji relevansi pendekatan antropologi, heritage studies, dan filologi, dan menunjukkan cara bekerjanya dalam mengkaji mak yong dan produksinya saat ini di Kepulauan Riau.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2021 SEAMEO SPAFA and Author
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.